12:59 AM
BY Qonitah Labibah
16 Comments
Lama juga tak bersua dengan dunia blog. Sudah terhitung 4 tahun sejak aku meninggalkan tulisan-tulisan disini. Dan sekarang aku mulai belajar lagi untuk mengoordinasikan otak, jari dan mata untuk memulai gagasan baru disini.
What should I talk about now? Tentu saja mengenai kesederhanaan dalam kehidupan. Hidup sederhana yaitu bagaimana cara kita mensyukuri hidup ini dalam kondisi tak menentu baik diatas ataupun dibawah.
Ada yang pernah tahu sosok Jose 'Pepe' Mujica? Beliau merupakan mantan presiden Uruguay dengan julukan Presiden Termiskin Di Dunia. Sebagai salah satu kepala pemerintahan mungkin namanya memang tidak setenar Barack Obama. Namun berkat kesederhaannya itulah yang membuat beberapa orang tertarik untuk menelisiknya. Beliau setia dengan mobil Volkswagen Beetle 1987 yang harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan mobil buatan eropa lainnya. Mengapa beliau mau menggunakan mobil yang sudah tua padahal di kebanyakan negara lain para presiden berlomba-lomba untuk menggunakan mobil canggih yang dilengkapi dengan anti peluru dan anti bom?
Kesederhanaanya berbanding terbalik dengan tingkah laku pejabat DPRD DKI Jakarta yang menarik perhatian media dengan membawa mobil mewah Lamborghini pada waktu pelantikan beberapa bulan yang lalu. Beberapa mobil mewah yang terparkir itu seakan-akan menunjukkan bahwa 'Inilah Enaknya Jadi Pejabat'. Disparitas antara si kaya dan si miskin akan semakin terlihat jelas. Mobil Lamborghini yang berharga lebih dari 4 M tentu hanya menjadi khayalan tingkat tinggi bagi warga biasa dengan penghasilan kurang ataupun setara UMR.
Suka miris lihat gemerlap kehidupan zaman sekarang. Banyak dari mereka yang merasa bahwa dirinya tidak bisa hidup tanpa uang. That's bullshit memang kalau misalnya kita bilang nggak butuh uang. Tapi masalahnya adalah mereka menganggap bahwa uang adalah segalanya. Bapak aku cuma kerja jadi guru. Ibu juga cuma ibu rumah tangga. Sedangkan mereka masih bertanggungjawab atas dua anaknya yang belum rampung sekolah. Bisa kan membayangkan betapa sedikitnya penghasilan keluargaku? Oh no. Aku tidak pernah menganggap itu sedikit. Aku menganggap bahwa itu cukup. Aku merasa beruntung hidup di keluarga kecilku ini karena mereka selalu bersyukur atas apa yang sudah digariskan Allah. Inilah yang mau tak mau membuat keluargaku hidup dalam kesederhanaan.
Kalian bisa lihat lah dari baju, tas, dan sepatu aku yang nggak ganti-ganti. Laptop dan handphone juga aku rawat dengan penuh perasaan. Kenapa? Supaya itu barang awet bisa sampai kira-kira 5-10 tahun.
Alhamdulillah dibesarkan di keluarga yang sangat menghargai uang. Kalau bisa hidup dengan yang murah kenapa harus cari yang mahal?
Sedikit cerita tentang kehidupanku nih. Aku kuliah di Surabaya. Tiap harinya tinggal di kos yang bisa dibilang sangat apa adanya. I've lived there since 2013. Sudah gitu pernah dilanda banjir yang masuk ke dalam kos pula. Kalau udah banjir gitu suka sedih gimana cara bersihinnya. Bahkan temen kos aku ada yang buku kuliahnya kecelup air dan tulisannya pun jadi luntur. Padahal minggu depan ada ujian semester. Kalian tahu kenapa aku membetahkan diri disana? Alasan utamanya adalah karena harganya sudah cukup murah dibandingkan yang lainnya. Hidup ini harus irit dan serba dicukup-cukupkan. Kalau kita mengikuti apa yang diri kita mau ya tentu saja tidak akan ada habisnya. Toh kalau banjir juga datangnya ya sekali dalam setahun. Hehe.
Tapi
Pernah ada yang nyeletuk nanya kenapa sering makan enak dan terkesan menghambur-hamburkan uang. Orang taunya aku sering nongkrong makan di Holycow Steakhouse, Hanamasa, Restoran Sederhana, Sushi Tei, Sky Dining dan masih banyak lagi. Mereka taunya aku makan dengan makanan semahal itu tanpa tahu sebenarnya sekeras apa aku bekerja untuk lantas menyisihkan sebagian uangnya. Mereka mana mau tahu kalau itu semua bisa aku nikmati karena hasil kerja keras jadi pengajar di sana sini yang mengharuskan untuk dilakukan part time antara kerja sama kuliah. Bahkan beberapa tempat hanya aku coba sekali karena menurut aku tingkat mahalnya sudah luar biasa. Mahalnya sudah diatas harga untuk mahasiswa. Jangan berpikir bahwa aku ingin menyombongkan diri bisa makan disana. Aku pun pernah makan di pinggir jalan tanpa memikirkan seberapa prestige-nya tempat itu.
Kemudian
Ada juga yang pernah komentar bilang kenapa harus lanjut sekolah. Mbok ya hidup sesederhana mungkin. Cukup lulus sarjana terus langsung cari kerja.
Honey, I am 23 still young and free. There are so many things I would do and achieve.
Salah satu alasan lanjut kuliah adalah aku ingin jadi dosen. Entah esoknya beneran jadi atau nggak. Dosen merupakan pekerjaan paling mulia yang pernah aku cita-citakan. Bukan berarti pekerjaan lainnya nggak mulia ya. I don't mean like that. Suka aja berbagi ilmu untuk orang lain. Kadang suka heran sama diri sendiri kenapa masih sanggup untuk kuliah lagi. Padahal struggle buat dapetin bachelor degree yang kemarin aja udah luar biasa diuji mentalnya.
Kenapa nggak kerja aja?
Ini lagi kerja kok. Untuk memperingan beban keuangan makanya aku kuliah sambil kerja. Aku masuk dari satu rumah ke rumah lain buat belajarin anak orang. Yah hasilnya lumayan bisa buat bayar kos, makan, dan belanja kebutuhan bulanan.
Setiap manusia pada dasarnya memiliki keinginan yang tidak terbatas. Naluri ini dimiliki oleh siapapun itu. Namun keinginan tersebut haruslah sesuai dengan keadaan finansial yang dimiliki. Kita harus pandai memilah-milah antara kebutuhan dan keinginan. Tak perlu hidup mewah hanya karena ingin dipuji orang. Sederhanakan cara berpikir kita bahwa kebahagian tidak hanya didapatkan dari kemewahan.
***
Suka miris lihat gemerlap kehidupan zaman sekarang. Banyak dari mereka yang merasa bahwa dirinya tidak bisa hidup tanpa uang. That's bullshit memang kalau misalnya kita bilang nggak butuh uang. Tapi masalahnya adalah mereka menganggap bahwa uang adalah segalanya. Bapak aku cuma kerja jadi guru. Ibu juga cuma ibu rumah tangga. Sedangkan mereka masih bertanggungjawab atas dua anaknya yang belum rampung sekolah. Bisa kan membayangkan betapa sedikitnya penghasilan keluargaku? Oh no. Aku tidak pernah menganggap itu sedikit. Aku menganggap bahwa itu cukup. Aku merasa beruntung hidup di keluarga kecilku ini karena mereka selalu bersyukur atas apa yang sudah digariskan Allah. Inilah yang mau tak mau membuat keluargaku hidup dalam kesederhanaan.
Kalian bisa lihat lah dari baju, tas, dan sepatu aku yang nggak ganti-ganti. Laptop dan handphone juga aku rawat dengan penuh perasaan. Kenapa? Supaya itu barang awet bisa sampai kira-kira 5-10 tahun.
Alhamdulillah dibesarkan di keluarga yang sangat menghargai uang. Kalau bisa hidup dengan yang murah kenapa harus cari yang mahal?
Sedikit cerita tentang kehidupanku nih. Aku kuliah di Surabaya. Tiap harinya tinggal di kos yang bisa dibilang sangat apa adanya. I've lived there since 2013. Sudah gitu pernah dilanda banjir yang masuk ke dalam kos pula. Kalau udah banjir gitu suka sedih gimana cara bersihinnya. Bahkan temen kos aku ada yang buku kuliahnya kecelup air dan tulisannya pun jadi luntur. Padahal minggu depan ada ujian semester. Kalian tahu kenapa aku membetahkan diri disana? Alasan utamanya adalah karena harganya sudah cukup murah dibandingkan yang lainnya. Hidup ini harus irit dan serba dicukup-cukupkan. Kalau kita mengikuti apa yang diri kita mau ya tentu saja tidak akan ada habisnya. Toh kalau banjir juga datangnya ya sekali dalam setahun. Hehe.
Tapi
Pernah ada yang nyeletuk nanya kenapa sering makan enak dan terkesan menghambur-hamburkan uang. Orang taunya aku sering nongkrong makan di Holycow Steakhouse, Hanamasa, Restoran Sederhana, Sushi Tei, Sky Dining dan masih banyak lagi. Mereka taunya aku makan dengan makanan semahal itu tanpa tahu sebenarnya sekeras apa aku bekerja untuk lantas menyisihkan sebagian uangnya. Mereka mana mau tahu kalau itu semua bisa aku nikmati karena hasil kerja keras jadi pengajar di sana sini yang mengharuskan untuk dilakukan part time antara kerja sama kuliah. Bahkan beberapa tempat hanya aku coba sekali karena menurut aku tingkat mahalnya sudah luar biasa. Mahalnya sudah diatas harga untuk mahasiswa. Jangan berpikir bahwa aku ingin menyombongkan diri bisa makan disana. Aku pun pernah makan di pinggir jalan tanpa memikirkan seberapa prestige-nya tempat itu.
Kemudian
Ada juga yang pernah komentar bilang kenapa harus lanjut sekolah. Mbok ya hidup sesederhana mungkin. Cukup lulus sarjana terus langsung cari kerja.
Honey, I am 23 still young and free. There are so many things I would do and achieve.
Salah satu alasan lanjut kuliah adalah aku ingin jadi dosen. Entah esoknya beneran jadi atau nggak. Dosen merupakan pekerjaan paling mulia yang pernah aku cita-citakan. Bukan berarti pekerjaan lainnya nggak mulia ya. I don't mean like that. Suka aja berbagi ilmu untuk orang lain. Kadang suka heran sama diri sendiri kenapa masih sanggup untuk kuliah lagi. Padahal struggle buat dapetin bachelor degree yang kemarin aja udah luar biasa diuji mentalnya.
Kenapa nggak kerja aja?
Ini lagi kerja kok. Untuk memperingan beban keuangan makanya aku kuliah sambil kerja. Aku masuk dari satu rumah ke rumah lain buat belajarin anak orang. Yah hasilnya lumayan bisa buat bayar kos, makan, dan belanja kebutuhan bulanan.
Setiap manusia pada dasarnya memiliki keinginan yang tidak terbatas. Naluri ini dimiliki oleh siapapun itu. Namun keinginan tersebut haruslah sesuai dengan keadaan finansial yang dimiliki. Kita harus pandai memilah-milah antara kebutuhan dan keinginan. Tak perlu hidup mewah hanya karena ingin dipuji orang. Sederhanakan cara berpikir kita bahwa kebahagian tidak hanya didapatkan dari kemewahan.
Salah satu nilai yang diajarkan dalam keluargaku adalah meskipun kamu hidup dalam penuh kesederhanaan, janganlah pelit untuk diri sendiri maupun orang lain. Kamu harus mau mengeluarkan uang untuk sesuatu yang memang benar-benar kamu butuhkan. Sedangkan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, sebaiknya dihindari. Makin tua harus bisa lebih mawas diri antara keinginan dan kebutuhan. Ada banyak orang yang jauh lebih berada tapi sederhananya luar biasa.