2011 - Go-blog Story

December 17, 2011

Klarifikasi Lagu Ayu Ting Ting, 'Alamat Palsu'
5:07 AM1 Comments

Udah lama sih lagu ini meledak, tapi entah kenapa baru kepikiran sekarang buat ngepostnya.

Lagu ini sering banget didengerin di kelas. Yaa emang sih sengaja dimasukin playlist sama teman-teman. Katanya sih ini lagu "galau maximal". Tapi bener lho emang. Coba aja diem, dengerin, dan hayati liriknya dijamin kerasa banget kalau Ayu Ting Ting itu lagi galau. Ceritanya miris emang. Ayu Ting Ting ditinggalin sama cowoknya. Nah terus pas nyari cowoknya eh alamatnya palsu.

Bagi yang belum tau lagu ini, liat deh videonya di sini 


Setelah diam-diam dengerin nih lagu dengan seksama, akhirnya naluri seorang detektif muncul. Jangan-jangan yang salah itu Ayu Ting Ting, bukan cowoknya. Saking aja dia nyalahin sang cowok.

Pantengin lagunya terus baca lagi liriknya. Bener, ada yang janggal diantara semua ini. Coba deh liat kejanggalan di semua liriknya.

Kemana kemana kemana ku harus mencari kemana
Kekasih tercinta tak tahu rimbanya
Lama tak datang ke rumah
Dimana dimana dimana tinggalnya sekarang dimana 

Udah jelas disitu diceritakan bahwa cowok Ayu Ting Ting nggak tahu dimana. Dia nyari si kekasih ini rimbanya dimana (bisa diperkirakan mungkin cowoknya semacam tarzan). Si cowok nggak pernah kerumah Ayu Ting Ting. Dan ketika Ayu Ting Ting pengen kerumah sang cowok, eh dia nggak tau dimana tempat tinggal si cowok. Anak jaman sekarang gitu ya.

Itu artinya, si Ayu Ting Ting selama berpacaran dengan cowoknya dia nggak pernah main sama sekali kerumah cowoknya. Hello, masa sih orang pacaran tapi nggak saling tau rumah masing-masing? Kesimpulan pertama : Ayu Ting Ting masih baru pacarannya makanya belum sempet main ke rumah si cowok.

Lanjut menganalisa baik berikutnya :

Kesana kemari membawa alamat
Namun yang kutemui bukan dirinya
Sayang yang kuterima alamat palsu

Di sini Ayu Ting Ting cerita kalau dia jalan kemana aja sambil bawa alamat. Dia nyari alamat itu. Nyari alamat rada ribet emang, apalagi kalau cowoknya itu tinggal di Jakarta. Belum lagi ntar kalau Ayu Ting Ting diajakin nyasar dulu sama tukang ojeknya.

Dengan berasumsi bahwa Ayu Ting Ting betul-betul mendapatkan alamat tersebut dari cowoknya, kesimpulan kedua didapat : Si cowok sengaja ngasih alamat palsu ke Ayu Ting Ting.

Ku tanya sama teman - teman semua
Tetapi mereka bilang tidak tahu
Sayang mungkin diriku tlah tertipu
Membuat aku frustasi dibuatnya 

Dari lirik diatas dapat diketahui bahwa Ayu Ting Ting telah bertanya pada semua teman-temannya. Tapi hasilnya? Mereka semua nggak tau apapun tentang si cowoknya. Pertanyannya adalah Ayu Ting Ting kenal dimana sih sama ini cowok kok sampai nggak ada temen-temennya yang tau sama sekali. Kesimpulan ketiga : Ayu Ting Ting kenal cowoknya bukan dari temen-temennya, melainkan dia kenal di suatu tempat pada saat yang kebetulan.

Lirik berikutnya:

Dimana dimana tinggalnya sekarang dimana

Ayu Ting Ting sekali lagi bertanya kepada semua orang dimana cowoknya berada. Emang cowok Ayu Ting Ting nggak punya foursquare apa? Di twitter emangnya nggak bisa dicari apa? Jangan-jangan mereka pacarannya belum akrab sampai belum tuker-tukeran nomor handphone, foursquare, saling follow twitter. Lalu apa motivasi si cowok memberikan alamat palsu?

Maka, dapat ditarik kesimpulan dan inilah yang terjadi : Ayu Ting Ting kenalan sama cowok di halte bus lalu Ayu Ting Ting maksa buat ditembak saat itu juga, cowoknya nembak, mereka jadian. Lima menit kemudian bus si cowok dateng, Ayu Ting Ting nggak bolehin si cowok pergi. Ayu Ting Ting nanya nomor handphone si cowok dan si cowok bohong bilang 'gue nggak punya handphone!' lalu si cowok nulis alamat palsu di kertas amplop dan bilang 'ini rumah gue' si cowok itupun pergi. Ayu Ting Ting nyari itu alamat. Ayu Ting Ting galau. Bikin lagu deh dia.

Demikian hipotesa yang didapat.
Read more

November 05, 2011

Kanker Indung Telur
10:23 PM0 Comments

Karya pelukis besar Leonardo da Vinci itu demikian terkenal. Sebuah lagu juga memuja-muja kecantikannya yang abadi ..
Tapi Monalisa pun punya tempat yang paling istimewa di sebuah keluarga kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan putri tunggal mereka yang juga bernama Monalisa ...

***

Resah sekali seorang ibu menanti kelahiran anak pertama. Seluruh badan terasa pegal, capai, tidurpun terasa gelisah. Dan ketika tiba saatnya, Ya Tuhan betapa sakitnya. Ibu itu merasa benar-benar kapok dan tak ingin melahirkan lagi. Cukup sekali ini saja.

Tepatnya terjadi pada 6 Desember 1991, bayi perempuan dengan berat 3,14 kg dan panjang 50 cm itu diberi nama - Monalisa. Bukan merupakan paduan dari nama Ibu Nina dan Bapak Haryono bukan karena mereka kurang mencintainya. Justru sebaliknya, seluruh kasih sayang mereka, mereka tumpahkan padanya seorang. Mona - sedemikian panggilannya. Mona tumbuh cepat menjadi anak yang cerdas, ramah, dan mudah bergaul dengan siapa saja. Kemanjaan sebagai anak tentu saja ada, tetapi tetap dalam batas wajar. Bahkan dalam usia yang masih dini Mona sudah rajin shalat lima waktu dan lancar mengaji. Selain itu nilai di sekolahnya selalu mendapat pujian. 

Setelah jatuh dari ayunan

Tak terasa usia Mona telah mencapai 7 tahun. Konsentrasi kerja ibunya di sebuah hotel Internasional di Jakarta agak terganggu karena Mona sering mengalami batuk, pilek, disertai suhu badan meninggi. Sebentar saja, lalu kambuh lagi. Keadaan ini berlangsung berulang kali selama 5 bulan. Kadang ia mengeluh perutnya sakit. Kemudian ibunya menggosok dengan balsam, mungkin saja ia hanya masuk angin.         

Kemudian tibalah hari naas itu : Mona mengalami kecelakaan, terjatuh dari ayunan di halaman sekolah. Berdua bersama kawannya yang ikut bermain ayunan tersebut Mona tertelungkup, kawannya terlentang. Karena kesakitan pada bagian kepala, anak itu menangis tapi Mona tidak, hanya sikunya saja yang cedera. Tak ada keluhan lagi.

Dua hari kemudian, selesei mengerjakan PR, Mona mengeluh perutnya kurang enak. Ketika ibunya menyuruh Mona untuk tidur, dan mengenakan pakaian tidurnya, ibunya melihat sesuatu yang aneh - ia merasakan adanya benjolan keras diperut Mona. Kemudian ibunya menceritakan hal ini ke ayahnya. Keesokan harinya Mona dibawa ke RSCM Bagian Anak. Awalnya mereka berpikir bahwa Mona hanya akan mendapat resep dokter. Tahunya Mona harus dirawat di RSCM itu hari itu juga. Diduga ada tumor diperut Mona dan harus dibedah untuk mengetahui ganas tidaknya tumor tersebut.


Mereka berdua selaku orang tuanya tentu saja terkejut sekali. Mimpi pun tidak bahwa anak mereka yang masih semuda itu disinggahi oleh penyakit yang menakutkan. Dua hari kemudian, Mona mengalami pembedahan yang pertama. Hasilnya membuat sendi tulang kedua orang tuanya lemas seketika. Monalisa menderita tumor ganas pada indung telur sebelah kiri. Gumpalan tumor yang dikeluarkan saat itu sebesar jeruk sunkist. 

Mama ada yang menjemputku

Bulan berganti bulan, menjadi tahun. Hampir 3 tahun sudah sejak mereka mulai mengetahui penyakit Mona. Tenaga, pikiran, dan biaya banyak sudah dihabiskan. Tapi mereka tidak pernah mengeluh. Untuk mempertahankan nyawa putri mereka satu-satunya, apapun akan mereka lakukan.

Mei 2011... Keadaan Mona sudah sedemikian gawatnya. Dia hanya mampu duduk atau beralan sebentar. Lebih banyak terbaring di tempat tidur. Wajahnya mengalami perubahan - tampak peyot seperti wajah orang lansia. Sinar matanya juga lain - tajam, tidak lagi lembut dan ramah seperti biasa.

Setelah menjelaskan panjang lebar pada kedua orang tua Mona, dokter tidak memberikan obat lagi. Merasa tidak pernah diajak berobat lagi, Mona bertanya, "Ma, kenapa Mona sudah tak diobati lagi?"

Pada suatu malam Ibu Nani jatuh tertidur karena kelelahan, tiba-tiba Mona berteriak "Mama.. mama.. mengapa begitu banyak orang di kamar sebelah itu? Kurang ajar sekali mereka semua. Malam-malam begini bikin ribut. Mona tidak bisa tidur. Usir mereka semua Ma." Maka begitu Mona tertidur Ibu Nani mengambil air wudhu untuk sholat tahajud, "Ya Tuhan seandainya kau inginkan anakku sembuh, maka sembuhkanlah segera. Tapi apabila Kau menginginkan sebaliknya, jangan biarkan anakku menderita terlalu lama."

Permintaan terakhir

Hari itu Mona meminta untuk menonton film kegemarannya. Tapi ibunya melarang Mona agar Mona cukup istirahat untuk penyedotan penyakitnya keesokan hari. Ibu Nani pun tertidur pulas setelah shalat tahajud. Tiba-tiba entah doriongan apa yang membuat Ibu Mona menjadi siaga. Ia mempertajam pendengarannya - napas Mona tersengal-sengal. Terdengar begitu berat. Ia segera duduk memandangi anaknya. Cepat ia memanggil ayah Mona yang saat itu baru saja pulang kerja dan tengah membuat kopi di dapur.

Segera ayah Mona masuk kamar. Duduklah ia di mulut kasur tepat disamping Mona berbaring. Dengan tenang ia membisikkan Surat Yasiin ke telingan Mona. Detik demi detik berlalu dengan penuh ketegangan.. antara percaya dan tidak percaya..

Mereka berdua bersama-sama menyaksikan kepergian anak tunggal mereka. Hampir bersamaan dengan hembusan napasnya yang terakhir, di kedua sudut matanya bergulir butir-butir air mata "Anak kita telah tiada Ma.." bisik ayah Mona.

Bersama-sama mereka melafadzkan "Innalillahi wa innailaihi rajiun," setelah terpaku beberapa saat. Begitu muda Monalisa, belum lagi genap 10 tahun, namun begitu banyak sudah penderitaan yang harus ditanggungnya.

Tinggallah mereka berdua saja. Monalisa yang layu sebelum berkembang telah tiada, meninggalkan gurat kepedihan yang tak terhingga. Tetapi apabila mereka terlalu larut dalam duka, mereka teringat sebuah sajak yang dibuat Mona 11 hari menjelang kepergiannya.


bingkai indah di kamar Mona

Pesan Buat Papa  dan Mama

Papa.. Mama..
Tidak usah berdoa terlalu banyak..

Mona merasa..
Umur Mona tidak  akan  lama lagi
Maut sudah menjemput Mona..

Kalau napas Mona
Tinggal satu-satu
Relakan Mona
Pergi dengan tenang..

Ku selalu sayang Mama dan Papa..

Makassar, 16 Juli 2001



Read more

October 22, 2011

Hari Yang Cerah untuk Jiwa Yang Sumuk
9:06 PM1 Comments

Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) yang digelar di Kabupaten Banyuwangi, Sabtu 22 Oktober 2011 disambut ribuan warga Banyuwangi dengan antusias. Warga memadati jalan sepanjang 3 kilometer, mulai Jalan Veteran hingga Jalan Ahmad Yani untuk menyaksikan 420 peserta BEC yang tampil dalam berbagai kostum.

Dan tepat pada hari ini juga Pak Ben - sang Guru Seni Budaya sekolahku memberi tugas dadakan untuk memotret dan membukukan ajang carnival yang pertama ini. Walaupun sedikit kesel buat nerima tugas ini, udah lah lakuin aja dengan senang hati, toh Pak Ben orangnya juga baik. Yakan?

Nah, disini aku pengen cerita, dan kali ini ingin kukatakan dengan indah. Entah ini hanya perasaanku ataukah perasaan semua orang, akhir-akhir ini kok aku ngerasain panasnya dunia ini diatas normal. Terutama pagi hari sampai siang hari sekitar pukul dua. Pastinya panas ini asalnya adalah reaksi di inti matahari yang terdalam. Saking panasnya, orang-orang lebih memilih untuk berteduh di dalam ruangan ber-AC atau yang lainnya. Sehingga membuat kota ini terkesan seperti kota mati. Tapi tidak untuk hari ini, sedari pukul sebelas siang Banyuwangi bak lautan yang berisi ikan kecil ataupun besar yang berebut makanan dari sang induk. Para manusia-manusia tampak keleleran di tengah dan di pinggir jalan. Begitupun penjual es : es dawet, es degan, es buah, es keledai *eh? kedelai deng, bakso, pentil (sebutan pentol kecil), pangsit, mie ayam, batagor, cilot, man balon, terompet, kicir-kicir, dekaka. Siang itu aku dan teman-teman berada di depan Roxy Banyuwangi berpartisipasi untuk memadati kota kecilku ini. Panas. Ingin rasanya aku lari ke KFC beli Pepsi Cola. Pasti seger rasanya. Namun hal itu tak mungkin terwujud. Mustahil menembus ribuan orang yang berdesakan hanya untuk membeli Pepsi Cola. Dikiranya copet malah ntar. Tapi semuanya sedikit terobati dengan dia yang mau berdiri di belakangku setidaknya untuk menutupiku dari matahari. Timikiciuww (ost : Westlife - My Love). Kalau gini terus gapapa deh aku rela asal ada kamu.


Di jam satu siang carnival ini masih belum lewat sama sekali, hanya ada polisi yang sedari tadi memarahi tiap orang untuk mundur dan tidak menutupi jalan. Mungkin para peserta BEC masih beraksi di Blambangan. Tak lama kemudian, barisan JFC jalan melenggang bak raja dan ratu di depanku. Setelah pukul dua siang, hawa panas masih terasa. Walaupun matahari sudah di balik awan. Mungkin nanti bisa lebih sejuk. Hawa panas seperti ini tidak akan berlangsung terus menerus, karena saya percaya tak ada yang abadi.


Benar. Tak lama kemudian langit menurunkan hujan, hujannya lebat. Ada apa denganmu? Habis panas kaya gini langsung turun hujan lebat, apakah mungkin dunia sedang dilanda dilema besar? Tak kusangka hujan akan turun saat peserta BEC yang melenggang berjalan bak model itu. Raup sudah yang namanya uang berjuta-juta itu untuk carnival go internasional ini. Ada apa ini? Apa tukang sarang ujannya kurang pas baca mantranya? Mungkin si penyarang ujannya belum puasa 40 hari 40 malam kali ya. Teman-teman pun bingung dengan adanya hujan, aku sih yaa seneng aja, dikasih ujan kok nggak bersyukur. Aku selalu bahagia saat hujan turun ....... (ost : Utopia - Hujan ). Hujan kaya gini bisa saja menghapus jejakmu. Dan lihat langkahku yang baru saja terbentuk di tanah yang basah ini. Ayo kesana! | Nggak mau aku masih pengen liat | Ayo buruan ntar sakit! | Nggak mau sana aja kamu yang kesana. Aku sadar sebenarnya dia perhatian sama aku biar aku nggak sakit ntar. Tapi aku tau kok kalo kamu takut kameramu kena air yakan?

Ternyata si hujan turun makin deres aja. Terpaksa aku menyusulnya untuk berteduh. Kaos dan celanaku basah. Hufft, dingin yaa ternyata. Pikiran yang tadi pengen beli Pepsi Cola ganti dehh jadi pengen beli Hot Milo. Timbul sebersit pikiran untuk pulang walaupun belum semua barisan BEC yang lewat. Kira-kira tadi aku itu cuman liat seperempatnya aja dari semuanya. Ayo pulang yuk | Nggak mau aku belum liat semua | Ayo aku kedinginan. Sekarang giliran aku yang kena karma dari dia.

Siang beranjak sore. Dan sore pun beranjak petang, yang kemudian dilanjutkan oleh malam. Di malam hari pun aku tetep nggak pulang dan nunggu yang lain datang, termasuk dia. Parahnya ini kaos nggak ganti, otomatis deh kedinginannya nambah. Tapi untungnya hujan udah reda. Mungkin si tukang sarangnya udah baca mantra terobosannya. Mau ninggal dia pulang gara-gara kesel dikarmain tapi apa daya? JALANAN MACET. Sudahlah aku sadar aku yang salah kok, maafin aku yaa.

Malam hari ini tak lepas dari hawa panas. Menurut pak guru geografi, daratan itu lama untuk menerima panas tapi lama juga waktu yang dia butuhkan untuk melepaskan panas yang telah dia terima seharian.

Pak Ben sebentar lagi tugasmu selesei. Makasih udah dikasih tugas ini. Tanpa tugasmu pak, aku nggak dapet momen seindah hari ini. Aku nggak tau apa artinya perhatian, aku nggak tau artinya karma. Semoga dihari esok aku bisa belajar dari hari ini.

Walau habis terang, panas dan sumuk masih saja terasa. Tak bisakah sedikit saja lebih sejuk? Sepertinya hari ini akan saya tutup dengan hawa panas yang masih berkeliaran disekitar saya. Akan saya tutup ketika malam telah sedikit larut. Saatnya menutup semua tentang kita di hari ini. Dan tentang orang-orang yang melawan dunia, di hari ini juga.
Sungguh hari yang cerah untuk jiwa yang sumuk ...
Read more